Mengenal Zaid bin Tsabit: Ahli Bahasa yang Dinobatkan Sebagai 'Islamic Ambassador'
Zaid bin Tsabit seorang sahabat nabi ini merupakan ahli bahasa yang mampu menguasai Bahasa Suryani dan Ibrani hanya dalam waktu 17 hari.-Ilustrasi: Kgs Yahya-
BACA JUGA:Rusia Kalah di Perang Laut, Kok Bisa?
Namun, nyatanya sekarang masyarakat Arab juga banyak yang kurang memahami grammar atau Nahwu dalam bahasa Arab.
Perkara ini juga diungkap di dalam buku ‘Khalidun’, seorangahli bahasa bernama Dr. Suhail As Sokkari mengatakan bahwa seorang anak Eropa yang baru berusia 3 tahun sudah menguasai 16 ribu kosakata bahasa Inggris.
Sementara itu, anak di negara Arab hanya mampu menguasai 3 ribu kata meski berusia yang sama.
Ternyata, bahasa memang menjadi persoalan yang sangat penting. Apalagi jika seorang pemimpin memiliki pemahaman bahasa yang minim.
BACA JUGA:7 Fakta Menarik Tentang Film Boneka Si Unyil, Disukai Anak-anak Hingga Kini
Mislanya, pemegang kebijakan negeri kita ini dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kosakata dalam retorika yang sempit. Apa jadinya?
Tidak ada narasi yang membangun, kita sebagai warga negara hanya bisa diam menahan kekesalan karena sebenarnya setiap pemimpin harus mampu membahas segala hal dengan lebih detail, tapi nyatanya perangkat kata yang digunakan tidak ada perkembangan.
Akhirnya, muncullah kata-kata yang menguras tenaga rakyat untuk memeras emosi.
Dengan keadaan yang seperti itu, negara dapat kehilangan kekuatan di hadapan rakyatnya dikarenakan nihilnya daya pembangunan visi dengan bahasa yang kuat dan inspirasi yang dapat membangun anak-anak bangsa.
BACA JUGA:Segera Hadir, Honda Gold Wing Versi KW, Harganya Bikin Penasaran
Itulah sebabnya para pahlawan Islam dan orang-orang besar dalam sejarah sangat menguasai ilmu sastra.
Mereka telah memahami bahwa sastra dan bahasa bukan sekadar alat komunikasi melainkan alat untuk membangun visi bangsa di tengah peradaban yang kian maju.
Maka dari itu, sebagai umat Muslim, kita harus mengikuti jejak Zaid bin Tsabit yang mempelajari bahasa asing dengan tekun dan tanpa henti.
Sehingga kita bisa berkomunikasi dengan berbagai orang dari berbagai suku dan bahasa dengan mudah, serta mampu menyampaikan ide-ide dengan bahasa yang sederhana tapi substansial. Hal itu serupa dengan sifat yang dimiliki oleh Rasulullah.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: