3 Pondasi Hidup Menurut Masyarakat Jawa Kuno, Nomor 1 Ojo Dumeh, Ini Maknanya
![3 Pondasi Hidup Menurut Masyarakat Jawa Kuno, Nomor 1 Ojo Dumeh, Ini Maknanya](https://palpres.disway.id/upload/5506ecbb73ddc4dc2fbc98d2271d6d93.jpg)
Ilustrasi pondasi hidup menurut masyarakat Jawa kuno yang dikonotasikan dengan sifat semar-pixabay-
PALPRES.COM - Salah satu sosok tokoh pewayangan dalam adat Jawa adalah Semar.
Dalam dunia pewayangan, Semar seringkali digambarkan sebagai sosok yang hanya mengabdi kepada manusia yang berbudi luhur atau berbuat baik.
Menariknya, semar merupakan pemimpin yang adil dari empat sekawan atau punakawan.
Keempat sekawan ini terdiri dari gareng, petruk, bagong dan semar.
BACA JUGA:Pertamina EP Bunyu Field dan Tarakan Field Hijaukan Area Operasi di Kalimantan Utara
BACA JUGA:All New Honda BeAT Segera Mengaspal di Palembang, Ini Jadwal Peluncurannya
Menurut Fahrudin Faiz melalui kanal Youtube Ngaji Filsafat, sosok semar itu ideal orang Jawa tentang ketuhanan dan kerukunan antar manusia.
"Ajaran-ajaran dari semar, banyak yang berpengaruh bagi masyarakat Jawa, baik melalui hidup atau melalui Islam," ungkapnya.
Berikut ini 3 pondasi hidup menurut ajaran ilmu masyarakat Jawa Kuno:
1. Ojo Dumeh
BACA JUGA:Simbol Kharisma dan Kekayaan, Intip Keistimewaan Weton Tibo Pati Milik Soekarno dan Soeharto
Maksud dari Ojo Dumeh ini adalah jangan mentang-mentang dalam aspek apapun, termasuk perilaku, kata-kata, ucapan bahkan termasuk kata hati atau yang terbesit di hati.
Ojo dumeh ini dapat juga diartikan suatu peringatan agar manusia tidak larut dengan apa yang dimiliki atau dijalaninya, sehingga cenderung menjalani keputusan hidup yang negatif.
2. Eling
Eling artinya ingat atau erat kaitannya dengan Tuhan, yakni dengan cara selalu menghadirkan Tuhan dalam hati dan pikiran.
BACA JUGA:Inilah Bacaan Ajian Qulhu Geni dan Qulhu Sungsang Sunan Ampel, Raja Jin Tanah Jawa Sampai Tunduk
Apabila Tuhan sudah hadir, biasanya akan terhindari dari dumeh.
Dumeh sendiri mudah dilawan dengan mudah dan ikhlas, sehingga untuk bisa ikhlas harus eling.
Jadi, eling dan dumeh ini saling berhubungan satu sama lainnya.
3. Waspodo
BACA JUGA:HUT Bhayangkara Ke-78 Tahun, Polres OKI Bedah Rumah Warga Mesuji Makmur
BACA JUGA:9 Ciri Orang Menggunakan Ilmu Pelet, Nomor 8 Sering Ganti Pasangan, Benarkah?
Waspodo merupakan bentuk kehati-hatian manusia dalam menjalani kehidupan.
Baik itu dari sikap dan tingkah lakunya, manusia harus selalu berhati-hati.
Fahrudin Faiz juga mengatakan, eling dan waspodo itu biasanya satu paket, orang yang tidak waspodo biasanya gampang sekali kehilangan elingnya.
"Maka orang yang selalu eling, biasanya cenderung waspodo," cetusnya.
BACA JUGA:Israel Kecolongan! Hizbullah Sukses Intai Instalasi Militer IDF
BACA JUGA:5 Wisata Kuliner di Palembang yang Jaraknya Hanya 30 Menit Dari Bandara, Pelancong Wajib Tau
Ojo dumeh, eling dan waspodo, adalah satu kesatuan yang harus dipahami secara utuh.
Sehingga, manusia diharapkan menjadi pasrah dan yakin kepada kekuasaan Tuhan.
Diharapkan, dari 3 pondasi ini manusia mempunyai sifat yang bijaksana, selalu mengingat kepada Tuhan dan lebih hati-hati.
Pondasi inilah yang dijadikan basis ajaran, dan jika di filsafat Jawa, biasanya dikonotasikan dengan sifat semar.
BACA JUGA:Lowongan Kerja BUMN PT Pos Properti Indonesia ada 4 Posisi Jabatan Menarik, Ini Syaratnya!
BACA JUGA:Benarkah 6 Jajanan Asli Palembang Ini Sudah Mulai Langka, Kelahiran 80-an Pasti Nostlagia
Demikian informasi mengenai 3 pondasi hidup menurut ilmu masyarakat Jawa Kuno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: