Inilah Penampakan Meriam Kuno dan Pedang Komando Milik Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya
Meriam Kuno dan Pedang Komando Milik Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya-Foto: Sri Devi/palpres.com-
PALEMBANG, PALPRES.COM – Inilah penampakan meriam kuno dan pedang komando peninggalan Kolonial Belanda (VOC) yang dimiliki Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya.
Benda-benda bersejarah tersebut diserahkan warga Desa Buluh Cawang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang diterima langsung Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Museum Negeri Sumsel dan Taman Budaya Sriwijaya H Chandra Amprayadi SH, Selasa 16 November 2022.
Chandra bercerita, meriam kuno tersebut tadinya terletak di bagian belakang rumah (dapur) Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya. Meriam tersebut memiliki ukuran panjang 114 centimeter (cm), diameter depan/moncong 11 cm, diameter badan/ tengah 5,5 cm, dan diameter belakang 9 cm dengan berat lebih kurang 100 kilogram (kg).
Meriam tersebut diserahkan keluarga Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya kepada museum, agar dapat dirawat dan dipelihara dengan baik oleh pengelola museum serta dapat dipamerkan kepada masyarakat sebagai edukasi.
BACA JUGA: Benteng Kuto Besak, Saksi Sejarah dari Masa Ke Masa Kota Palembang
“Meriam dan pedang peninggalan VOC ini menambah koleksi museum. Insya Allah akan kami rawat dengan baik sehingga nantinya dapat dipamerkan kepada masyarakat tentang tinggalan sejarah dari keluarga Pangeran Djaja Pati,” ujar Chandra.
Di tempat yang sama, zuriat Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya, Umi Nurkhalizah Fitri STr Par mengaku, meriam kuno dan pedang komando tersebut merupakan milik Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya saat menjabat sebagai Kepala Marga.
“Makanya di rumah Pangeran ada meriam yang digunakan untuk pertahanan. Pedang komando juga, mungkin digunakan saat berperang melawan musuh-musuh pada saat itu,” tuturnya.
Setelah meninggal, benda bersejarah tersebut diwariskan kepada anak pertamanya Muhammad Ali. Kemudian diwariskan Muhammad Ali kepada anaknya Ahmad Zainal Adham hingga ke Syaiful Adham.
BACA JUGA:Jembatan Ampera, Simbol Kebangkitan Indonesia Setelah Kemerdekaan
“Selain meriam kuno dan pedang komando, ada juga keris Palembang yang digunakan Pangeran pada saat itu. Untuk itulah, karena takut tidak terawat dengan baik makanya keluarga sepakat untuk menghibahkannya kepada Museum Negeri Sumsel,” sebut Umi.
Dia mengaku, sebetulnya banyak tinggalan yang ditinggalkan Pangeran Djaja Pati Kerama Djaya. Seperti rumah panggung yang terbuat dari kayu yang terletak di Kota Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Adapun kayu yang digunakan untuk membuat rumah berjenis kayu unglen dan medang. Rumah ini berbentuk persegi panjang berukuran 15,50 x 28,70 m dengan atap limasan yang terbuat dari genteng.
Untuk masuk ke dalam rumah harus melalui tangga naik yang 9 berada didepan rumah. Tangga tersebut terbuat dari semen yang berjumlah 2 buah dengan bentuk melengkung dan menyatu pada bagian bawahnya.
BACA JUGA: Proyek Jembatan Ampera Banyak Gusur Bangunan Peninggalan Belanda
Pintu masuk ada 2 buah terletak di sebelah kanan dan kiri berupa pintu ganda, bagian atas panil kaca, sedangkan bagian bawah panil kayu.
Sementara, jendela berjajar memenuhi dinding depan rumah. Jendela di bagian paling kiri dan kanan berbentuk krepyak, sedangkan di bagian tengah berbentuk panil kaca.
Rumah ini terdiri atas 3 bagian yang disekat menggunakan dinding kayu. Bagian depan merupakan ruang terbuka yang berfungsi untuk menerima tamu yang datang.
Berlanjut ke bagian tengah rumah yang dapat dimasuki melalui 2 buah pintu ganda yang terletak di sebelah kanan dan kiri ruangan.
BACA JUGA:Inilah 39 Wisata Edukasi di Palembang Wajib Dikunjungi Saat Libur Sekolah
Pintu ini terdiri atas 2 lapis, bagian luar berbentuk krepyak dan panil kayu, sedangkan bagian dalam berbentuk panil kaca dan panil kayu.
Di bagian samping kanan dan kirinya terdapat 2 buah jendela ganda yang masing-masing terdiri atas 2 lapis, bagian luar berbentuk krepyak (jalusi), sedangkan bagian dalam berbentuk panil kaca.
Ruangan berikutnya yang merupakan ruangan belakang terdapat barisan kamar yang saling berhadapan, serta ruangan terbuka yang berfungsi sebagai dapur. Di atas pintu dan jendela yang ada di bagian dalam rumah terdapat hiasan kerawangan.
Rumah tersebut didirikan pada tahun 1800-an. Setelah beliau meninggal rumah ini diwariskan kepada keturunannya yang bernama Muhammad Ali.
BACA JUGA:9 Wisata Religi di Palembang, Satunya Dibangun Tahun 1728
Kemudian diwariskan lagi kepada Ahmad Zainal Adham. Saat ini yang menempati rumah tersebut adalah anak almarhum Isahmudin yang merupakan keturunan dari generasi ke-4 dari Pangeran Djaja Pati Kerama Djaja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: