Honda

Menelusuri Keterkaitan Sungai Batanghari Sembilan Jambi dan Sungai Musi Palembang, Pusat Rempah Dunia?

Menelusuri Keterkaitan Sungai Batanghari Sembilan Jambi dan Sungai Musi Palembang, Pusat Rempah Dunia?

jambi menjadi salah satu provinsi terkaya di Pulau Suamtera berdasarkan data BPS 2022--Instagram

PALPRES.COM - Ternyata Sungai Batanghari Sembilan di Jambi memiliki keterkatian dengan Sungai Musi Palembang. Disamping itu, disinyalir pada zaman dahulu kedua sungai ini merupakan pusat perdagangan rempah dunia.

Sungai Musi merupakan sungai terbesar di Palembang, Suamtera Selatan (Sumsel) yang telah membelah kota Palembang menjadi dua bagian. 

Seberang Ulu, dan Seberang Ilir.

Sedangkan, untuk sebutan Batanghari Sembilan sendiri, memiliki banyak versinya. 

BACA JUGA:Kriteria Penerima Bantuan PKH Mei 2024, Kamu Juga Bisa Daftar Ke DTKS Baik Via HP Maupun Dinas Sosial Langsung

BACA JUGA:5 Langka Dalam Membuat Mie Celor Asli Palembang yang Melegenda, Rasanya Gak Kalah Dengan Restoran Mewah!

Batanghari Sembilan suatu istilah untuk menyebut sembilan buah sungai besar yang merupakan anak Sungai Musi, yakni: Klingi, Bliti, Lakitan, Rawas, Rupit, Lematang, Leko, Ogan, dan Komering.

Dilain pihak, ada pula konsep yang mengatakan istilah Batanghari Sembilan mengacu ke wilayah. 

Seperti sebutan lain dari kawasan Sumatra Bagian Selatan (Sumsel, Jambi, Lampung, Bengkulu) yang memiliki sembilan sungai (batanghari) yang berukuran besar. 

Yang pasti apapun itu, Batanghari Sembilan merupakan salah satu jejak jalur perdagangan rempah di Sumatera Selatan. 

BACA JUGA:KEREN BANGET ! 7 Daerah Penghasil Sawit Terbesar Di Indonesia, Cek Sumsel Ada Dinomer Berapa?

BACA JUGA:5 Gedung Tertua Di Palembang Ini Sudah Berdiri Sejak Zaman Belanda, Salah Satunya Dijadikan Kantor Walikota

Perannya sebagai moda transportasi perdagangan rempah terjadi pada masa Kesultanan Palembang Darussalam (1659-1821). 

Ketika tiba runtuhnya era kesultanan, diganti dengan penjajahan Belanda barulah wajah Batanghari 9 berubah. 

Pada masa kolonial Belanda, aliran sungai, dan rawa banyak ditimbun untuk menciptakan infrastruktur kota yang modern. 

Yang kemudian menghubungkan beberapa daerah lewat jalur darat. Disaat itulah, peran sungai-sungai tersebut seakan memudar.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Perkembangan Masjid Agung Palembang Dari Dulu Hingga Sekarang yang Mungkin Kamu Belum Tahu!

BACA JUGA:5 Langka Dalam Membuat Mie Celor Asli Palembang yang Melegenda, Rasanya Gak Kalah Dengan Restoran Mewah!

Dikutip dari MH Court dalam laporannya menyebutkan, Batanghari Sembilan melayarkan aneka macam hasil perkebunan, seperti lada, beras, dan kapas di Sungai Lematang; beras, lada, dan rotan di Sungai Ogan; serta lada dan beras di Sungai Komering dan Banyuasin hingga penjuru Nusantara, bahkan Asia.

Dalam bukunya “Lukisan tentang Ibukota Palembang” JI van Sevenhoven turut menjelaskan tentang komoditi rempah pada masa Kesultanan Palembang yang didatangkan dari pedalaman Sumatera Selatan dan Pulau Bangka.

Rempah dibawa melalui jalur sungai untuk dijual di sejumlah pasar di Palembang, salah satunya ke Pasar Sekanak pada masa itu.

Melalui Sungai Batanghari dan anak-anak sungainya, komoditas lokal seperti gaharu, damar, gading, serta emas menjadi barang niaga andalan pada waktu itu. 

BACA JUGA:Naga yang Ada Di Sungai Musi Muncul Untuk Memberikan Sebuah Pertanda, Benarkah?

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Perkembangan Masjid Agung Palembang Dari Dulu Hingga Sekarang yang Mungkin Kamu Belum Tahu!

Komoditas tersebut selanjutnya ditukar dengan barang-barang dari luar, seperti Tiongkok, Thailand, Kamboja, Myanmar, Arab atau Persia, India, dan lain-lain berupa keramik, barang-barang logam, peralatan dari kaca, pakaian, sutera, dan sebagainya.

Melihat kondisinya sekarang yang telah banyak berubah, akan tetapi Batanghari Sembilan tetap mengambil porsi penting pada sepenggal cerita kejayaan kerajaan yang ada di Nusantara pada masanya. 

Anak-anak sungai yang telah tertimbun tersebut, menjadi saksi bahwa rempah di bumi Sumatera, telah menjadi saksi sejarah akan kejayaan rempah Indonesia di mata dunia.

Lalu bagaimana dengan sekarang? Bagi masyarakat Palembang maupun jambi, kedua sungai tersebut mermiliki tempat tersendiri dihati masyarakat.

BACA JUGA:Wajib Tau! Ternyata Inilah Alasan Kenapa Chindo Banyak Tersebar di Nusantara

BACA JUGA:WOW! Ternyata Ada Jubah Kuno Sepanjang 1,5 M yang Merupakan Peninggalan Dari Kesultanan Palembang Darussalam

Keduanya juga masih dijadikan masyarakat sekitar sebagai tempat perdagangan, dan jalur transportasi.

Akan tetapi, untuk di Batanghari Jambi, lebih difokuskan kepada transportasi pengangkutan batu bara.

Sehingga, untuk wisata sendiri kurang diperhatikan dengan baik.

Nampak Batanghari yang indah tersebut, dan merupakan bagia dari pusat perdagangan dunia kurang dirawat dengan baik.

Berbeda apabila kita sandingkan dengan Sungai Musi yang ada di Palembang.

BACA JUGA:Samsung, dan iPhone Terancam! 5 Teknologi Ini Bakal Buat Smartphone Punah Dimasa Depan, Benarkah?

BACA JUGA:Rekomendasi Oli untuk Motor Matic Honda BeAt yang Bikin Performa Motor Naik Kelas

Sungai masih digunakan untuk aktifitaS perdagangan, dan transportasi. 

Akan tetapi, untuk pariwisata sendiri juga maju.

Apalagi ketika di malam hari. Agaknya, peran stakeholder yang ada berjalan sesuai fungsinya.

Nah, itu saja informasi yang dapat dibagikan untuk pembaca setia Palpres.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: