Honda

Warok, Kisah Kesatria Pembela Bangsa

Warok, Kisah Kesatria Pembela Bangsa

Penampilan Reog Ponorogo Tunggal WUlung Singo Ludoyo saat bermain di Museum Negeri Sumatera Selatan, Balaputra Dewa, Selasa (16/08/2022).-Foto: Alhadi Farid/palpres.com-

PALEMBANG, PALPRES.COM – Paguyuban Pawargo Reog Ponorogo Tunggal Wulung Singo Ludoyo bermain di Museum Negeri Sumatera Selatan, Balaputra Dewa, Selasa (16/08/2022). Dalam pertunjukkannya, paguyuban warga Ponorogo ini mengisahkan Warok, kesatria pembela bangsa.

Ketua Paguyuban Pawargo Reog Ponorogo Sumatera Selatan, Mujianto, menjelaskan, cerita Warok Ponorogo ini mengisahkan tentang kebesaran, kebenaran dari kesatria yang gagah dan selalu memberikan pengorbanan dirinya untuk bangsa dan negera.

“Warok Ponorogo kita mainkan karena momen kemerdekaan. Kita ingin dari penampilan ini bisa menumbuhkan jiwa patriotisme, nasionalisme kepada anak bangsa dalam mengisi kemerdekaan,” kata dia kepada palpres.com saat tampil di Museum Negeri Sumsel.

BACA JUGA:Pawargo Main Reog Ponorogo di Museum Negeri Sumsel

Lebih jauh dia menjelaskan, Warok Ponorogo melibatkan 30 orang pemain, termasuk pemusik. Tarian pertama dibawakan oleh lima pria berpakaian serba hitam dengan muka dipoles janggut.

“Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani,” jelasnya.

Tarian berikutnya, sambung Mujianto, dibawakan oleh empat gadis yang menaiki kuda. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan.

Di bagian lain, pemain menggunakan topeng Bujang Ganong digambarkan sebagai tokoh energik, kocak, dan memiliki seni bela diri. Topeng Bujang Ganong memiliki mata bulat melotot, gigi tonggos, dan hidung besar. Topeng ini digunakan untuk penari Bujang Ganong.

BACA JUGA:CPI Gelar Diskusi Sejarah Perjuangan Kemerdekaan

“Setiap penampilan juga harus ada Singa Barong, ini yang menjadi ciri khas kesenian Reog Ponorogo. Singa Borang ini sendiri merupakan properti berupa kepala harimau, topeng Singa Barong, dan tancapan bulu-bulu merak. Kostum ini terbuat dari kerangka kayu, bambu, dan rotan dengan berat 40 kilogram,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sumatera Selatan, Dr H Aufa Syahrizal menjelaskan, Reog Ponorogo merupakan salah satu produk budaya Indonesia yang telah diajukan sebagai warisan budaya dunia (UNESCO).

Untuk itulah, dia menilai jika kegiatan ini sangat tepat dilaksanakan di Museum Negeri Sumatera Selatan sebagai salah satu lembaga pelestarian budaya bangsa.

“Tahun 2023 akan dibuat festival reog ponorogo yang lebih besar. Apalagi Indonesia dianggap sebagai miniaturnya Indonesia, dengan adanya 59 paguyuban yang ada dan ini akan diangkat dengan begitu Sumsel akan semakin dikenal,” katanya.

BACA JUGA:Kantor Pencarian dan Pertolongan Palembang Gelar Upacara HUT RI, Hery Marantika: Jangan Lupakan Sejarah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: